بسم الله الرحمن الرحيم
Ibu: Perasaan yang lembut, batin yang halus, jiwa yang peka, air mata bahagia,
keindahan, ketegaran, dan ketangguhan.Ibu: Padanan kehidupan, tempat mengadu, tiang pancang tegaknya banyak urusan, penentu damainya rumah, dan kunci kesuksesan.
Ibu: Kebeningan hati, kesucian batin, kesetiaan, ketulusan, kasih-sayang, kebaikan, kesungguhan, pengorbanan, dan ketulusan.
Ibu: Makhluk paling tegar, jiwanya paling berharga, perasaannya paling halus, kakinya paling tangguh, pribadinya paling mandiri, tekadnya paling teguh, tangannya paling pemurah, dan dadanya paling lapang.
Ibu: Teman terbaik di kala susah, sahabat terdekat di saat senang.
Ibu: Sumber kasih-sayang, perhatian, dan kebaikan tanpa batas; penunjuk jalan iman dan ketenangan jiwa, sumber ketenangan dan rasa aman, cahaya kehidupan, dan cinta tak berbatas.
Kata-kata sepanjang apa pun dan lembaran-lembaran sebanyak apa pun, tidak akan cukup untuk menghitung keutamaan ibu serta semua haknya untuk mendapatkan penghormatan, pemuliaan, perlakuan baik dan pengabdian. Namun mungkin kita bisa menyimpulkan sosok ibu dalam kata-kata singkat ini:
“Ketulusan dan pengorbanan dalam keseluruhan bentuk dan maknanya.” Al-Qur`an memberikan perhatian khusus terhadap ibu dan menyuruh manusia untuk memerhatikannya. Perhatian khusus itu diberikan terutama karena ibu telah menanggung banyak beban demi kelangsungan dan kebahagiaan hidup anak-anaknya. Allah telah memerintahkan berbakti kepada ibu, melarang mendurhakainya, dan mengaitkan ridha-Nya dengan ridha ibu. Nabi Saw. pun mewanti-wantikan tentang hak ibu. Dibanding ayah, ibu lebih berhak untuk mendapatkan budi baik dari anak-anaknya. Dalam hal ini, keutamaan ibu atas ayah dikarenakan dua hal:
Pertama, ibu menanggung beban mengandung anak, melahirkan, menyusui, mengurus, mengasuh, dan mendidiknya. QS Luqmân/31: 14 menegaskan hal ini.
Kedua, fithrah kasih sayang, kelembutan, cinta, dan perhatian ibu lebih besar dari ayah.
Di antara bukti betapa besarnya kasih sayang ibu adalah bahwa betapa pun durhakanya seorang anak kepada ibunya, ibu akan melupakan kedurhakaan anaknya itu ketika sang anak tertimpa musibah atau mendapat kesulitan hidup. Tidak ada seorang pun yang mampu menghitung atau menakar hak orang tua atas anak-anaknya. Di antara dua orang tua, ibulah yang lebih berhak atas segala pengabdian, budi baik, pemuliaan dan penghormatan anak.
Islam sangat menjunjung tinggi dan mensucikan hubungan atau ikatan dengan ibu. Untuk menjaga kesucian ini, Islam mengharamkan menikah dengan ibu:
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu (QS al-Nisâ`/4: 23).
Dengan tegas Islam menyatakan bahwa ikatan suami-istri tidak akan pernah berubah menjadi ikatan anak-ibu. Sangat jauh perbedaan antara keduanya:
Dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu (QS al-Ahzâb/33: 4).
Ada baiknya di sini ditampilkan kata-kata para tokoh dan sebagai seorang anak tentang sosok ibu :
“Keibuan adalah anugerah terbesar yang Tuhan peruntukkan bagi kaum perempuan” (Marry Hopkins).
“Tidak ada di dunia ini bantal yang lebih lembut dari pangkuan ibu” (Shakespear).
“Aku tidak akan menamaimu wanita. Aku akan menamaimu segalanya” (Mahmûd Darwîsy).
“Ibu adalah segalanya dalam hidup ini. Dia adalah pelipur lara dalam kesedihan, pembawa harapan dalam keputusasaan, dan kekuatan dalam kelemahan” (Kahlil Gibran).
“Tanpa ibu, umat tidak akan ada. Karena ibulah umat ada” (Khalil Mathran).
“Jika dunia ada di tangan yang satu dan ibu di tangan satunya lagi, pastilah aku pilih tangan di mana ibu berada” (Jean Jaques Rouseou).
“Ibulah yang menggoyang ayunan dengan tangan kanannya dan mengoyang (mengguncang) dunia dengan tangan kirinya” (Napoleon Bonaparte).
“Di dunia, hanya satu yang lebih baik dari istri; ibu” (Syafir).
“Tidak ada dalam hidup ini seorang perempuan yang menghibahkan seluruh hidup, kasih sayang dan cintanya tanpa meminta imbalan, selain ibu. Maka berilah ia, ya Tuhan, umur yang lebih panjang dari umur manusia” (Schuber).
“Satu-satunya tempat di mana aku dapat menyandarkan kepala padanya dan tidur di dalamnya dengan tenang dan nyaman, adalah pangkuan ibu” (Voltaire).
“Ketika aku menunduk mencium tanganmu, mencucurkan airmata di dadamu, dan menangkap tanda rela dari sorot matamu; hanya ketika itu aku merasakan kesempurnaan diri sebagai seorang laki-laki” (Islam Syamsuddîn).
“Tak ada sesuatu pun di dunia yang lebih manis dari hati ibu” (Martin Luther).
“Anda boleh melupakan segala hal tentangku, kecuali apa yang telah diajarkan ibu kepadaku” (Nixon).
“Ibu selalu mencintai dan hanya mengetahui cinta” (Cyrus).
“Seandainya seluruh semesta menjadi kecil, maka ibu akan tetap besar” (Victor Hugo).
“Segala yang dikerahkan oleh para bapak tidak akan sebanding dengan satu kasih sayang saja dari kasih sayang ibu yang tanpa batas” (Voltaire).
“Lantunan terlembut dan senandung terindah hanya dapat diberikan oleh hati ibu” (Bethoven).
“Saat paling bahagia bagi seorang wanita; saat dimana ia merasakan kesejatian dan keabadian dirinya sebagai wanita serta sebagai ibu, adalah saat ia melahirkan” (‘Abbâs Mahmûd al-‘Aqqâd).
No comments:
Post a Comment